Senin, 16 Mei 2022

Mengajar Di Kelas Dengan Metode "Momong, Among, Ngemong " Sangat Berdampak Besar Dalam Perkembangan Siswa Khususnya Pada Pelajar Sulit Belajar

Mengajar Di Kelas Dengan Metode "Momong, Among, Ngemong " Sangat Berdampak Besar Dalam Perkembangan Siswa Khususnya Pada Pelajar Sulit Belajar



Perlu dingat bahwa Ki Hajar Dewantara mempunyai 3 ( tiga ) semboyan pendidikan yang menunjukkan kekhasan bangsa Indonesia, yaitu yang pertama Ing Ngarsa Sung Tulodha, Kedua Ing Madya Manun Karsa, Ketiga Tut Wuri Handayani. Metode pendidikan yang cocok di Indonesia adalah yang sepadan dengan makna “paedagogik” yakni Momong, Among dan Ngemong, yang bearti bahwa pendidikan itu bersifat mengasuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Konsep Metode Among Ki Hajar Dewantara dalam Pembentukan Karakter Siswa dan relevansinya di Era Teknologi Informasi. Rumusan Masalah Bagaimana Konsep Metode Among Ki Hajar Dewantara dalam Pembentukan Karakter Siswa dan Relevansi Metode Among Ki Hajar Dewantara Di Era Teknologi Informasi. Jenis Penelitian ini adalah jenis penelitian kepustakaan (Library Risearch), Data primer adalah buku yang berhubungan langsung dengan Ki Hajar Dewantara: buku yang berjudul Karya Ki Hadjar Dewantara. Proses analisis data menggunakan content analisys, yakni pengolahan data dengan cara pemilahan tersendiri berkaitan dengan pembahasan dari beberapa gagasan atau pemikiran Ki Hajar Dewantara yang kemudian dideskripsikan dan dibahas. 

Hasil penelitian diketahui bahwa pendidikan dengan Metode Among Ki Hajar Dewantara akan melahirkan manusia beriman dan bertaqwa, merdeka lahir dan batin, budi pekerti luhur, cerdas dan berketrampilan, serta sehat jasmani dan rokhani agar menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan tanah air. teknologi yang semakin berkembang dan mengikat disegala aspek kehidupan masyarakat yang mau tidak mau teknologi harus kita terima. Sistem among penting dilaksanakan dalam pendidikan karena guru sebagai pamong berperan mendampingi siswa dalam mengikuti perkembangan zaman agar anak didik tidak mudah terpengaruh dengan budaya negatif di Era Tekologi Informasi.


Disaat mengajar seorang guru haruslah mempunyai rasa penuh kasih sayang tanpa membeda-bedakan dari segi tingkat kecerdasan, fisik maupun derajat anaknya. Seorang guru tidak hanyalah mentransfer ilmu, memberikan penilaian saja akan tetapi juga dengan sabar harus selalu mengikuti perkembangan belajar anak. Mengetahui kesulitan belajar anak, membimbing anak yang masih kesulitan menerima pelajaran bahkan jika perlu dengan bimbingan atau pendekatan secara individu agar benar-benar menerima ilmu yang guru berikan dan Guru juga mengetahui secara kontinu segala permasalahan  peserta didik dalam belajar. 


Dalam memberikan ilmu para guru juga tidak boleh memberikan pelayanan yang berbeda khususnya terhadap peserta didik yang Disabilitas atau cacat fisik jika disekolah ada. Karena mereka juga berhak menerima ilmu dan pelayanan pendidikan yang sama. Disaat menjumpai peserta didik seperti itu, seorang guru harus lebih bersabar dan mencari terobosan inovasi metode pengajaran yang tepat agar materi bisa diterima mereka. 


Selain itu guru juga harus selalu memotivasi peserta didik agar bisa mengeluarkan segala bakat yang ada dan menumbuhkan rasa percaya diri untuk mewujudkan mimpi mereka demi masa depannya. Semua itu hanya rasa Momong, Among dan Ngemong pada diri Guru, perubahan masa depan anak khususnya anak yang mempunyai segala keterbatasan dari fisik, mental dan kecerdasan akan terwujud. Sehingga semua anak Indonesia akan menjadi kuat dan siap menghadapi pengaruh budaya negatif di Era Teknologi Informasi.


Penulis : Zaenal Ikhsan, S.Kom.

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search